Saturday, October 6, 2012

6 Cities in a month: What a journey!: Jakarta

Melanjutkan kisah perjalanan ke 6 kota, cerita berikutnya beralih ke sebuah kota metropolitan dengan beribu-ribu permasalahannya. Jakarta, kota yang paling saya kenal dalam hidup saya. Saya bisa menceritakan berlembar-lembar halaman tentang kota ini. Betapa tidak, sejak lahir hingga beranjak kuliah saya telah menghabiskan waktu saya di kota ini; kota yang semakin sulit terdefinisikan sebab semua kontradiksi atas definisi kota ini ada di dalamnya.

Kota terpadat di Indonesia dan sekaligus ibukota negara ini adalah rumah pertama saya; saya lahir dan besar di kota ini dan keluarga saya tinggal di kota ini. Berbeda dengan ibukota negara-negara maju yang di tempatkan jauh dari pusat bisnis, Jakarta merupakan kota dengan pusat bisnis terbanyak di Indonesia; di mulai dari pabrik-pabrik, pusat-pusat perbelanjaan & hiburan hingga pusat-pusat bisnis informal semua menghiasi kota yang kecil ini. Jadi tidak heran apabila anda berjalan-jalan di kota ini anda akan disuguhi pemandangan mall dan gedung mewah yang berkombinasi dengan pemukiman-pemukiman kumuh; semuanya bertebaran hampir di setiap sisi Jakarta dan berdampingan satu dengan yang lain; benar-benar kota yang tak tertata sama sekali. :(



Keberadaan Jakarta sebagai pusat bisnis bisa dimengerti sekali karena sejak pra-kemerdekaan kota ini telah menjadi pusat perdagangan, bahkan perdagangan dunia karena posisinya yang strategis di masa lalu hingga sekarang. Tetapi yang sulit dimengerti adalah keberadaannya sebagai pusat pemerintahan (ibukota); adalah hal yang kurang tepat menjadikan satu wilayah kecil sebagai pusat pemerintahan negara dan bisnis sekaligus.

Sebagai pusat perekonomian, Jakarta tumbuh sangat pesat. Masih cukup jelas teringat saat-saat kecil dulu sering diajak berjalan sekitar Jakarta. Hanya ada beberapa mall saat itu dan kemacetan tidak terlalu parah. Namun, beberapa tahun berlalu jumlah kendaraan semakin meningkat dan bangunan-bangunan bertambah; membuat kemacetan di Jakarta semakin menggila. Saya merasakan itu saat berkuliah; seringkali saya merasakan stress dan frustrasi setiap menggunakan angkutan umum untuk pergi kampus dari rumah (hampir 1/4 waktu saya dalam 1 hari dihabiskan di dalam kendaraan.)

Kendaraan umum di Jakarta boleh di katakan sangat buruk; bukan hanya kondisi kendaraannya tetapi juga pelayanan dari pengendaranya. Ditambah lagi dengan kondisi udara kota Jakarta yang juga semakin buruk dikarenakan polusi dari asap kendaraan-kendaraan dan pabrik-pabrik yang semakin menjadi, ini membuat penduduk di Jakarta hanya sebagai korban perkembangan kota; ini adalah suatu hal yang paradoks. Seharusnya perkembangan memberikan hal yang positf untuk warganya tetapi ini sebaliknya. 


Terlalu banyak yang harus dikatakan jika harus diuraikan satu persatu tentang keburukan Jakarta. Busway yang menjadi terobosan terbaru pemerintah daerah Jakarta terbukti kurang efisien memberikan pelayanan yang memuaskan dalam hal transportasi; kemacetan tetap semakin menggila dan pengguna kendaraan umum tetap stress. :( Dalam kunjungan setahun yang lalu itu hampir tidak banyak yang berubah; hampir tidak ada hal baik yang bisa disebutkan tentang kota ini. Ini bukan berlebihan tetapi memang seperti itu adanya. Mall-mall & kantor-kantor megah bukanlah "hal-hal baik" yang saya maksud disini. 

Satu-satunya alasan saya berada di kota ini saat berkunjung ke Indonesia adalah karena keluarga saya berada di kota ini. Satu hal yang saya masih nikmati di kota ini adalah museum-museumnya. Saya suka dengan museum dan saya berencana untuk mengunjungi sebanyak mungkin museum di Jakarta. Dan, selama tinggal di kota Jakarta satu-satunya pelajaran positif yang diberikan kota ini ke saya adalah kemandirian. 


Terakhir ini mendengar bahwa kota ini akan memiliki pemimpin yang baru. Walapun saya tidak tahu apakah pemimpin yang baru ini dapat membawa perubahan baru yang positif bagi warga Jakarta, saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa pemimpin sebelumnya telah gagal membawa perubahan positif bagi Jakarta. Kita lihat saja apa yang akan terjadi dengan kota ini ke depan dengan pemimpinnya yang baru.

Seperti dinyatakan di atas saya bisa berlembar-lembar menuliskan banyak hal-hal (umumnya negatif) tentang Jakarta, akan tetapi lebih baik saya akhiri disini. Satu hal, saya tetap berharap suatu saat kota ini menjadi lebih baik, nyaman, dan ramah bagi penghuninya dan pendatang yang mengunjunginya. :)

Till the next story then... (A T)




Thursday, October 4, 2012

Beautiful Things

Listening to this song this morning through my Pandora when doing my about-to-become-boring routines. The music sounds delightful to my ears as well as the lyric to my mind.


All this pain
I wonder if I’ll ever find my way
I wonder if my life could really change at all
All this earth
Could all that is lost ever be found
Could a garden come up from this ground at all

You make beautiful things
You make beautiful things out of the dust
You make beautiful things
You make beautiful things out of us

All around
Hope is springing up from this old ground
Out of chaos life is being found in You
You make beautiful things
You make beautiful things out of the dust
You make beautiful things
You make beautiful things out of us

You make beautiful things
You make beautiful things out of the dust
You make beautiful things
You make beautiful things out of us

You make me new, You are making me new
You make me new, You are making me new
You make beautiful things
You make beautiful things out of the dust
You make beautiful things
You make beautiful things out of us

Hope you all enjoy it too... ;) (A T)

Friday, September 28, 2012

6 Cities in a month: What a journey!: Trieste

Sudah setahun lebih berlalu sejak meninggalkan kota Trieste; kota mungil di utara Italia yang cukup menawan karena dihiasi oleh indahnya lautan Adriatic yang berhadapan dengan kota ini. Di kota ini pula The Abdul Salam International Centre for Theoretical Physics (ICTP) berlokasi. ICTP adalah Organisasi di bawah UNESCO yang ditujukan untuk membantu pengembangan ilmu fisika teori di negara-negara berkembang. Di insitusi ini juga diselengarakan workshop yang saya hadari setahun lalu.

Penduduk di kota kecil ini terbilang cukup santai dan menikmati hidup. Betapa tidak, hampir setiap hari terlihat orang-orang berjemur di pantai atau bersantai di kafetaria dan berbincang-bincang dengan bahasa lokal mereka; entah apa yang mereka perbincangkan. Dan, dibandingkan dengan Amerika, kehidupan di kota ini berjalan lebih "lambat." Sepertinya ini gambaran umum di Italia karena di Venecia saya juga menjumpai fenomena yang serupa.

Kota ini terbilang cukup indah dengan perpaduan sempurna antara pemadangan alam & kota tua yang saling berhadapan. Tempat favorit bagi para turis adalah balai kota di pusat kota. Tempat luas yang paling tepat untuk bersosialisasi atau sekedar menikmati pemandangan alam yang berpadu dengan pemandangan kota apalagi jika ditemani minuman anggur seperti yang biasa dinikmati penduduk lokal sini. Semua ini membuat setiap orang ingin menghabiskan waktunya lebih lama dan lebih lama lagi tempat ini, terlebih lagi jika ditemani seorang yang dicintai/mencintai-nya. ;) Selebihnya dari kota ini dipenuhi dengan pemandangan penggunungan dengan batu keras & terjal. Bahkan beberapa hunian dibangun di atas penggunungan ini.

Balai Kota Trieste














Saya rasa ICTP cukup tepat ditempatkan di kota ini. Terlebih lagi salah satu lokasi tempat tinggal untuk tamu-tamunya menghadap langsung ke laut Adriatic. Karena suasananya yang cukup menawan dan selalu mudah membuat pikiran ini tenang, Trieste menjadi tempat yang sangat tepat untuk ilmuwan-ilmuwan teori  yang berkenjung ke ICTP untuk bersemedi; merenung mencari inspirasi.

Tak bisa disangkal jika dapat kesempatan, ingin sekali untuk kembali ke tempat ini apalagi jika sudah jenuh dengan kesumpekkan pemandangan kota yang padat dengan kendaraan, kota kecil ini cukup tepat untuk retreat; menenangkan pikiran dan mencari inspirasi.

Banyak lagi kenangan yang ingin diungkapkan tentang kota mungil ini, namun karena terbatasnya kata-kata untuk mengekspresikannya mungkin adalah lebih baik untuk membiarkannya tinggal dalam memori otak ini sampai suatu saat... saat ada telinga-telinga kecil untuk mendengarkannya dengan penuh antusias ... Till the next story then... (A T)

Sunday, August 12, 2012

Perjalanan Ke Maine

Ha, pagi yang sangat tak mengenakan sekali hari ini. Ke bandara dengan terburu-buru untuk berangkat ke Maine; sebuah state kecil di utara, untuk menghadiri sebuah konferensi. Persiapan sudah dilakukan sejak beberapa hari lalu (that's me). Tapi mengapa, seringkali entah sebaik apapun persiapan yang dilakukan selalu saja ada yang terlupakan. Kali ini saya lupa membawa kamera padahal benda ini sudah sengaja dibeli beberapa minggu sebelumnya untuk momen ini. Ehm, sayangnya... Beruntungnya saya memiliki handphone yang memiliki kamera. Pixelnya memang tidak besar tapi sepertinya cukup untuk mengambil gambar.

Hal lainnya, karena tidur kurang nyenyak sehari sebelumnya saya bangun agak telat pagi ini untuk ke bandara. Seorang teman yang akan mengantarkan saya ke bandara untungnya menelepon saya dan saya terbangun. Seandainya tidak ada telepon itu, entah apa jadinya. Dan gara-gara ketelatan ini saya pun jadi tidak punya waktu untuk mengecek ulang barang-barang yang harus dibawa & dengan ini tertinggallah kamera saya. Berharap tidak ada hal lain yang tertinggal.  Dan berharap saya tetap bisa menikmati konfrensi ini dan kota di mana itu diadakan.

Till the next story... :) (A T)

Friday, August 10, 2012

Menulis...

Sudah lebih dari setengah tahun berlalu tapi hanya beberapa baris kata saja yang berhasil direkamkan dalam blog ini. Menulis itu memang tidak mudah. Banyak hal yang dilihat, didengar, dibaca, & dipikirkan akan tetapi selalu berhenti di situ; di dalam otak ini. Tak pernah benar-benar punya semangat untuk menuangkannya dalam tulisan. Selalu aja menemukan alasan untuk tidak mau mengisi blog ini dengan tulisan-tulisan; sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menulis, apa yang ingin dituliskan sering lupa saat sudah di depan komputer, tidak menemukan waktu yang tepat, dan yang sering mendominasi alasan adalah karena malasnya diri ini.

Padahal setiap hari menjelajah dunia maya (bahkan sudah hampir menjadi "kebutuhan hidup") dan menemukan banyak blog (baik yang sengaja dicari atau kebetulan menemukannya.) Mencoba memotivasi diri dengan membaca blog-blog yang ditemukan; mencoba mencari tahu hal apa yang dinikmati penulis-penulis blog lain saat mereka merekamkan tulisan mereka di blog dan menggunakan itu untuk memotivasi diri. Tapi toh tetap saja sulit untuk membuat diri ini tergerak untuk menulis.

Kita lihat saja, kalau memang saya menemukan hal yang menarik & dapat dinikmati dari menulis di blog toh dengan sendirinya diri ini akan melakukannya. (A T)

Saturday, April 28, 2012

6 Cities in a month: What a journey!: Venecia


Tulisan pertama di tahun 2012. :) Masih melanjutkan kisah petualangan ke 6-kota. Kota berikutnya yang saya kunjungi adalah Venecia di Italia; kota tua yang menawan dan cukup terkenal karena arsitektur bangunannya yang tidak hanya artistik tetapi juga membari nuansa yang romantis bagi mereka yang berkunjung ke sana. Venesia menjadi kota transit saya menuju Trieste dan juga meninggalkan Italy; saya menyempatkan setengah hari berkeliling di kota ini sebelum menuju Trieste dan satu setengah hari sebelum meninggalkan Italy. 

Perjalanan saya ke Venecia juga menandai kunjungan pertama saya ke benua Eropa; benua yang cukup memberikan kesan yang mendalam buat saya oleh karena peranannya dalam sejarah dunia.

Sejak lama saya mendengar banyak cerita tentang benua Eropa; tentang apa yang terjadi di sana & pengaruh yang disebarkannya ke dunia timur. Cerita-cerita ini membuat saya ingin sekali mengunjungi benua ini. And here I was, in Venecia, in one of the oldest cities in Europe with many "temples" built in it.

Seperti yang diceritakan banyak orang, kota ini memang cukup menarik & artistik. Dan lagi, sepertinya kota ini memang didisain untuk kota wisata. Hampir tidak ada bangunan yang diperuntukkan untuk bisnis kecuali restoran-restoran, hotel-hotel dan toko-toko cinderamata. Ada juga beberapa pasar lokal tempat menjual bahan makanan dan buah-buahan serta daging. Selain itu yang ada hanyalah bangunan-bangunan wisata untuk dipandangi dan dikagumi oleh para wisatawan. Ada juga beberapa atraksi dan wisata air menggunakan gondola (perahu sampan yang digunakan di sini untuk membawa wisatawan keliling kota melalui kanal-kanal di kota Venesia).

Melihat betapa bersihnya kanal-kanal di kota Venesia mengingatkan saya akan kanal-kanal di Jakarta yang begitu amat kontras. Seandainya kanal-kanal di Jakarta dapat dipelihara kebersihannya, bukan tidak mungkin itu juga bisa dimanfaatkan untuk wisata air.

Kembali ke Kota Venesia. Suatu fakta yang menarik dari kota ini adalah bangunan-bangunan yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan adalah hampir semuanya bekas tempat-tempat ibadah umat Katolik di masa lampau. Sebagian kecil masih dimanfaatkan sebagai tempat ibadah, tetapi banyak yang sudah dialih-fungsikan sebagai museum atau dibiarkan kosong menjadi bangunan sejarah. Ironi memang. Tetapi itu adalah jalan yang dipilh banyak orang Eropa di masa ini. Teringat kembali cerita-cerita sejarah Eropa khususnya sejarah kekristenan di Eropa dan dari cerita itu sedikit memahami pilihan yang diambil banyak orang Eropa saat ini. Berharap suatu saat mereka dapat kembali ke apa yang dulu pernah "memperkaya" mereka & budaya mereka selama berabad-abad. Saya sangat terkesan sekali dengan bangunan-bangunan sejarah yang mereka bangun, sungguh indah dan Menawan. Sayang sekali oleh karena keterbatasan waktu & oleh karena ramainya wisatwan saya bisa masuk ke dalam beberapa bangunan saja; sisanya hanya bisa dipandangi dari luar. Tapi itu pun sudah cukup memuaskan mata dan hati.

Masih banyak sebenarnya yang bisa diceritakan tentang kota yang romatis ini tapi untuk sementara mungkin itu yang bisa diceritakan. Semoga lain waktu ada waktu bercerita lagi tentang Venecia. See you in the next story. (A T)